Eropa Abad pertengahan diperintah oleh penguasa dogmatis Gereja
Katolik. Gereja melarang kebebasan berpikir dan mengekang para ilmuwan.
Orang-orang dapat dihukum hanya karena menganut keyakinan atau pemikiran yang
berbeda. Buku-buku karya mereka dibakar dan mereka sendiri dihukum mati.
Pengekangan terhadap kegiatan penelitian di Abad
Pertengahan seringkali disinggung dalam buku-buku sejarah. Namun sebagian
kalangan menafsirkan keadaan tersebut secara keliru dan menyatakan bahwa para
ilmuwan yang berselisih dengan Gereja adalah penentang agama. Namun, yang
sesungguhnya terjadi justru sebaliknya – para ilmuwan yang menentang fanatisme
Gereja adalah kaum beriman yang taat beragama. Mereka tidak menentang agama akan
tetapi menentang dogma Gereja. Misalnya, ahli astronomi terkenal Galileo, yang
hendak dihukum oleh pihak gereja karena menyatakan bahwa bumi berputar pada
porosnya, mengatakan:
“Saya haturkan rasa syukur tak terkira kepada
Tuhan yang begitu baiknya telah memilih saya sendiri sebagai yang pertama
menyaksikan pemandangan menakjubkan yang selama ini tersembunyi dalam kegelapan
selama berabad-abad yang lalu.” (Galileo Galilei, dikutip dalam: Mike Wilson,
“The Foolishness of the Cross,” Focus Magazine).
Gereja Katolik yang mengabaikan wahyu yang disampaikan oleh Nabi Isa AS, mengambil ajaran dan kebijakan yang tidak sejalan dengan agama. Bahkan ilmuwan seperti Galileo menghadapi tentangan keras dari pihak Gereja. Gambar ini melukiskan pengadilan Galileo selama masa inquisisi. |
Para ilmuwan lain yang meletakkan landasan bagi bangunan ilmu pengetahuan
modern, semuanya adalah orang taat beragama. Kepler, yang dianggap sebagai
pendiri astronomi modern, berkata kepada mereka yang bertanya mengapa ia
menyibukkan diri dengan ilmu pengetahuan:
“Saya memiliki niat menjadi seorang ahli teologi... namun
dengan pekerjaan saya ini, kini saya menyaksikan bagaimana Tuhan juga diagungkan
dalam astronomi, sebab ‘langit menyatakan keagungan Tuhan'”. (Johannes Kepler,
dikutip dalam: J.H. Tiner, Johannes Kepler-Giant of Faith and Science (Milford,
Michigan: Mott Media, 1977), hlm. 197).
“... Dia (Tuhan) adalah kekal dan tak terbatas, Maha Kuasa dan
Maha Mengetahui; dengan kata lain, masa keberadaan-Nya dari kekekalan hingga
kekekalan; keberadaan-Nya dari ketakberhinggaan hingga ketakberhinggaan, Dia
mengatur segala sesuatu, dan mengetahui segala sesuatu yang diadakan atau dapat
diadakan... Kita mengenal-Nya hanya melalui perancangan-Nya yang paling bijak
dan luar biasa atas segala sesuatu... [Kita] memuji dan mengagungkan-Nya sebagai
hamba-Nya...” (Sir Isaac Newton, Mathematical Principles of Natural Philosophy,
Translated by Andrew Motte, Revised by Florian Cajore, Great Books of the
Western World 34, Robert Maynard Hutchins, Editor in chief, William Benton,
Chicago, 1952:273-74).
Sang jenius Pascal, bapak matematika modern, mengatakan bahwa: “Tapi dengan keimanan kita mengenal keberadaan (Tuhan); dalam keagungan kita akan mengenal sifat-Nya.” | George Cuvier, pendiri palaeontologi modern, menganggap fosil sebagai bukti-bukti Penciptaan yang kini masih ada dan mengajarkan bahwa spesies makhluk hidup telah diciptakan oleh Tuhan. | Carl Linnaeus, yang pertama kali menyusun klasifikasi ilmiah, meyakini penciptaan dan menyatakan bahwa keteraturan di alam merupakan satu bukti penting keberadaan Tuhan. | Gregor Mendel, pendiri ilmu genetika, yang juga seorang biarawan, meyakini Penciptaan dan menentang teori-teori evolusi di zamannya seperti Darwinisme dan Lamarckisme. |
Louis Pasteur, nama terbesar dalam sejarah mikrobiologi, membuktikan bahwa kehidupan tak dapat diciptakan melalui benda mati dan mengajarkan bahwa kehidupan merupakan keajaiban Tuhan. | Fisikawan Jerman terkenal, Max Planck, mengatakan bahwa Pencipta jagat raya adalah Tuhan dan menegaskan bahwa keimanan adalah sifat wajib bagi para ilmuwan. | Albert Einstein, yang dianggap sebagai ilmuwan terpenting abad ke-20, meyakini bahwa ilmu pengetahuan tidak mungkin me niadakan Tuhan dan mengatakan, “ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang.” | Isaac Newton: “... Dia (Tuhan) adalah kekal dan tak terbatas, Maha Kuasa dan Maha Mengetahui; dengan kata lain, masa keberadaan-Nya dari kekekalan hingga kekekalan...” |
Sejumlah besar para ilmuwan lain yang mengendalikan sejarah ilmu pengetahuan adalah orang-orang taat beragama yang beriman kepada Tuhan, sebagian kecil di antara mereka adalah:
Leonardo da Vinci (1452-1519) (Seni, rekayasa, arsitektur), Georgius Agricola (1494-1555) (Mineralogi), Nicolas Steno (1631-1686) (Stratigrafi), Thomas Burnet (1635-1715) (Geologi), Increase Mather (1639-1723) (Astronomi), Nehemiah Grew (1641-1712) (Kedokteran), John Dalton (1766-1844) (Pendiri teori atom modern), Johann Gauss (1777-1855) (Geometri, geologi, magnetisme, astronomi), Benjamin Silliman (1779-1864) (Mineralogi), Peter Mark Roget (1779-1869) (Fisiologi), William Buckland (1784-1856) (Geologi), William Whewell (1794-1866) (Astronomi and Fisika), Richard Owen (1804-1892) (Zoologi, Paleontologi), Balfour Stewart (1828-1887) (Listrik Ionosfir), P.G.Tait (1831-1901) (Fisika, Matematika), Edward William Morley (1838-1923) Pemenang hadiah Nobel Fisika, Sir William Abney (1843-1920) (Astronomi), William Mitchell Ramsay (1851-1939) (Arkeologi), William Ramsay (1852-1916) (Kimia), Sir Cecil P. G. Wakeley (1892-1979) (Kedokteran), dan lain sebagainya.Semua ilmuwan ini beriman kepada Tuhan dan mengabdi kepada ilmu pengetahuan dengan niat menyingkap rahasia alam semesta yang telah diciptakan-Nya. Mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi dan meneliti dengan pemahaman akan keberadaan dan kekuasaan Allah.
Lahirnya ilmu pengetahuan beserta perkembangannya adalah hasil dari pemahaman ini.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !