Isaac Newton (1642-1727) |
Isaac Newton adalah ilmuwan terkemuka asal Inggris. Teori
gravitasinya yang terkenal seringkali dikaitkan dengan “the falling apple”,
yakni kisah buah apel yang jatuh menimpa kepalanya. Konon kabarnya, peristiwa
inilah yang mengilhami hukum gravitasi itu. Menurut kisah yang dianggap legenda
oleh sebagian orang ini, suatu ketika Newton sedang membaca buku sembari duduk
di bawah pohon apel. Tanpa diduga, buah apel jatuh dari pohon dan mengenai
kepalanya. Ia pun bertanya pada diri sendiri, “Mengapa apel ini tidak jatuh ke
atas atau ke samping, tetapi malah ke bawah?”
Sejenak tampaknya tak ada yang aneh dari peristiwa tersebut. Di
negara tropis seperti Indonesia, jatuhnya buah-buahan dari ranting pohonnya
adalah pemandangan yang biasa saja. Bahkan, terdapat pohon yang batang dan
buahnya lebih tinggi dan lebih besar dari apel, misalnya durian dan nangka.
Ketika jatuh dari ketinggian yang sama, buah nangka dan durian akan lebih
menyakitkan kepala orang yang ditimpanya ketimbang apel. Apalagi kulit durian
dipenuhi duri-duri tajam. Tapi mengapa sebagian besar kita memandang peristiwa
jatuhnya buah-buahan tropis ini sebagai hal yang biasa saja, tidak seperti
Newton. Yang jelas, ini bukan karena orang yang tertimpa buah durian atau nangka
merasa kesakitan dan kapok sehingga tak mau berpikir tentang fenomena alam
tersebut. Lalu apa pasalnya?
Di zaman Newton, apel adalah buah yang akrab didengar dan umum
dimakan masyarakat Inggris, bahkan hingga hari ini oleh hampir semua orang di
dunia. Beberapa mereka mungkin pernah pula kejatuhan apel seperti yang dialami
Newton. Tapi yang membedakan di sini adalah perbuatan Newton: “mempertanyakan
mengapa apel jatuh ke arah bawah”. Di sinilah kuncinya. Newton melakukan sesuatu
yang selalu diabaikan kebanyakan orang: mengkaji sesuatu yang tampak ‘biasa
saja’. Ketertarikan pada fenomena alam yang ‘biasa saja’ inilah yang menjadikan
Newton yang awalnya hanya sebuah nama bagi dirinya, menjadi Newton sebagai
julukan hukum gravitasi temuannya.
Di zaman Newton, apel adalah buah yang akrab didengar dan umum dimakan masyarakat Inggris, bahkan hingga hari ini oleh hampir semua orang di dunia. Beberapa mereka mungkin pernah pula kejatuhan apel seperti yang dialami Newton. Tapi yang membedakan di sini adalah perbuatan Newton: “mempertanyakan mengapa apel jatuh ke arah bawah”. Di sinilah kuncinya. |
Begitulah, ketertarikan mendalam terhadap peristiwa alam merupakan
pintu gerbang menuju perkembangan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan terkemuka
perintis ilmu pengetahuan dari Timur Tengah maupun Barat adalah mereka yang
memiliki ketertarikan terhadap gejala alam di sekitar mereka. Lebih dari itu,
kegiatan ilmiah mereka ternyata didorong oleh sesuatu yang jauh di atas tujuan
duniawi dan kesenangan sesaat semata.
Para ilmuwan ini beriman kepada Tuhan dan
mengabdi kepada ilmu pengetahuan dengan niat menyingkap rahasia alam
ciptaan-Nya. Newton berkata, “Kita mengenal-Nya hanya melalui
perancangan-Nya yang paling bijak dan luar biasa atas segala sesuatu... [Kita]
memuji dan mengagungkan-Nya sebagai hamba-Nya...” (Sir Isaac Newton,
Mathematical Principles of Natural Philosophy, Great Books of the Western World
34, William Benton, Chicago, 1952:273-74)
Demikianlah, manusia hendaknya menyaksikan peristiwa alam di
hadapannya tidak dengan kaca mata “biasa saja”. Sebab Allah menciptakan segala
sesuatu di alam dengan perancangan sempurna dan perhitungan cermat. Bukti
keagungan Pencipta hanya dapat dipahami oleh mereka yang terbiasa memikirkan
secara mendalam atas segala yang mereka saksikan, tanpa menunggu hal yang ‘luar
biasa’ seperti jatuhnya buah durian ke atas!.
baca: Karena ditinggalkan sang istri, Mesin Uap-pun Ditemukan Oleh Watt
--o0o--
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !