Pluto
Mungkin banyak dari kita dulu ingat bahwa tata surya kita itu terdiri dari 9 planet, dan Pluto, adalah salah satunya. Tetapi kemudian, Pluto, tak dianggap lagi sebagai planet? Kenapa demikian?
Pluto ditemukan pada tahun 1930, oleh seorang astronom yang mengira bahwa ia telah berhasil menemukan planet ke-9 di tata surya kita, setelah Neptunus. Pluto, untuk sebuah planet di tata surya kita, ukurannya memang terbilang kecil. Tetapi para astronom pada saat itu, sangat yakin bahwa Pluto memang planet ke-9 di tata surya kita.
Sekumpulan objek yang mengorbit pada daerah yang kemudian dinamai sebagai Sabuk Kuiper Belt itu kemudian diberi sebutan sebagai Kuiper Belt Object (juga dikenal sebagai Trans Neptunian Object), mengambil nama seorang astronom Belanda-Amerika, Gerard P Kuiper yang pada tahun 1951 mempelopori gagasan bahwa tata surya kita memiliki anggota yang letaknya sangat jauh.
Akan halnya Pluto, objek yang belakangan diketahui memiliki satelit alam yang dinamai Charon ini kemudian menjadi ajang perdebatan diantara para astronom. Diantara semua planet anggota tata surya, Pluto memang memilki beberapa ciri yang ganjil. Selain ukurannya yang tergolong "mini" dibandingkan planet-planet lainnya, garis edarnya yang sangat lonjong juga eksentrik, dimana dalam periode tertentu garis edar Pluto memotong orbit Neptunus menjadikan Neptunus sebagai planet terluar dari tata surya. Pluto juga diketahui memiliki massa yang sangat kecil, kurang lebih hanya 1/400 massa planet Bumi. Tidak heran, beberapa astronom lebih suka menggolongkan objek yang ditemukan oleh Clyde Tombaugh pada tahun 1930 berdasarkan posisi yang diperhitungkan oleh Percival Lowell ini sebagai Objek Kuiper Belt yang terbesar diantara objek-objek sejenisnya. Walaupun masih menyisakan ketidak puasan, "krisis identitas" ini akhirnya mereda ketika pada bulan Februari 1999, The International Astronomical Union (IAU) menetapkan bahwa Pluto tetap digolongkan sebagai sebuah planet.
Kemudian permasalahannya muncul, ketika teleskop yang lebih canggih berhasil dikembangkan pada saat itu. Dari hasil pengamatan, kita mengetahui bahwa Pluto, hanyalah salah satu dari banyak sekali objek langit yang berada di area yang bernama Kuiper Belt. Di Kuiper Belt ini terdapat sekitar 70.000 objek langit seperti Pluto. Salah satunya adalah Eris yang ukurannya lebih besar dari Pluto, dimana akhirnya itu membuat status Pluto sebagai planet dipertanyakan.
Banyaknya objek langit seperti Pluto di luar sana, membuat para astronom akhirnya membuat syarat untuk sebuah objek langit, bisa disebut sebagai planet. Syarat pertama, adalah objek tersebut harus mengorbit matahari. Syarat yang kedua, objek tersebut harus berbentuk bulat sebagai pertanda bahwa objek tersebut memiliki gravitasi yang cukup kuat. Dan syarat yang terakhir adalah objek tersebut harus merupakan objek dengan gravitasi yang cukup kuat sehingga dapat membersihkan objek-objek lain dari orbitnya. Dan syarat terakhir inilah yang tak bisa dipenuhi oleh Pluto yang malang.
Idealnya, Pluto harus membersihkan objek-objek lain disekitarnya, untuk dapat disebut sebagai planet. Tetapi kemudian, untuk mengelompokkan planet-planet seperti Pluto ini, para astronom menciptakan sebutan khusus yang bernama “dwarf planet” atau planet kerdil.
Penampakan Pluto
Jadi, kita harus berterima kasih kepada Pluto, karena faktanya sebelum kasus Pluto di tahun 2006 kita tidak memiliki syarat spesifik untuk sebuah objek langit bisa disebut sebagai planet. Dan mungkin saja, jika bukan karena Pluto, objek berbentuk bulat apapun yang melayang di angkasa bisa saja kita sebut sebagai planet. Dan seperti biasa, terima kasih.
--o0o--
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !