Pada musim penghujan ini, tidak hanya banjir dan longsor yang perlu diwaspadai, Bencana Alam berupa Puting Beliungpun harus kita waspadai. lalu apa itu Puting Beliung? berdasarkan Sudibyakto & Daryono Universitas Gadjah Mada, Puting Beliung merupakan angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 60 hingga 90 km/jam yang berlangsung selama 5 hingga 10 menit karena perbedaan tekanan yang sangat besar dalam area skala sangat lokal yang terjadi di bawah atau di sekitar awan Cumulonimbus (Cb).
Puting Beliung terjadi biasanya bermula dari Udara terasa panas dan gerah, munculnya awan putih yang bergelombol dan berlapis-lapis di langit dimana diantara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi yang secara visual mirip kembang kol. lalu berubah warna dari berwarna putih menjadi berwarna hitam pekat yang biasa disebut awan Cumulonimbus.
Kemudian ranting pohon dan daun bergoyang cepat karena tiupan angin yang terasa sangat dingin diiringi kehadiran hujan disertai angin kencang seperti kejadian Angin Puting Beliung yang Menerjang Tiga Desa di Madiun, Biasanya lama fase pembentukan awan, hingga fase awan punah berlangsung paling lama sekitar 1 jam. Karena itulah, masyarakat agar tetap waspada selama periode ini.
Puting beliung adalah dampak ikutan awan Cumulonimbus (Cb) yang biasa yang tumbuh selama periode musim hujan, munculnya puting beliung belum dapat diprediksi, hadir secara mendadak sekita 5 hingga 10 menit pada area skala sangat lokal. Pusaran puting beliung mirip belalai gajah selang vacuum cleaner. Jika kejadiannya berlangsung lama, lintasannya membentuk jalur kerusakan. Puting beliung lebih sering terjadi pada siang hari dan lebih banyak di daerah dataran rendah.
Berikut ilustrasi proses terjadinya Puting Beliung
Proses terjadinya puting beliung sangat terkait erat dengan fase tumbuh awan Cumulonimbus (Cb), Pada Fase Tumbuh dalam awan terjadi arus udara naik ke atas yang kuat. Hujan belum turun, titik-titik air maupun kristal es masih tertahan oleh arus udara yang naik ke atas puncak awan. Pada Fase Dewasa/Masak titik-titik air tidak tertahan lagi oleh udara naik ke puncak awan. Hujan turun menimbulkan gaya gesek antara arus udara naik dan turun.
Temperatur massa udara yang turun ini lebih dingin dari udara sekelilingnya. Antara arus udara yang naik dan turun dapat timbul arus geser yang memuntir, membentuk pusaran. Arus udara ini berputar semakin cepat, mirip sebuah siklon yang “menjilat” bumi sebagai angin puting beliung. Terkadang disertai hujan deras yang membentuk pancaran air (water spout). Pada fase terakhir tidak ada massa udara naik. Massa udara yang turun meluas di seluruh awan. Kondensasi berhenti. Udara yang turun melemah hingga berakhirlah pertumbuhan awan Cumulonimbus (Cb).
---o0o---
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !