Meski seringkali tidak dihiraukan, atau “dipandang sebagai sesuatu
yang sudah biasa ada di kebun”, ternyata terdapat rancangan sempurna pada setiap
milimeter persegi luasan yang membentuk helaian daun. Tanpa kehebatan dan
kesempurnaan di setiap bagian terkecilnya, tumbuhan takkan mungkin hidup,
apalagi melaksanakan peran teramat pentingnya dalam ekosistem di bumi.
Tumbuhan yang terus-menerus diterpa sinar matahari secara alamiah memerlukan lebih banyak air dibanding makhluk lain. Tumbuhan pun terus-menerus kehilangan air akibat penguapan air melalui daunnya. Guna mencegah kehilangan air ini, permukaan luar bagian atas dedaunan, yang senantiasa mengarah ke matahari, umumnya tertutupi lapisan lilin kedap air yang dikenal sebagai kutikel. Dengan cara ini, penguapan air di permukaan atas daun dapat dicegah.
Tapi bagaimana halnya dengan permukaan bawah daun, yang merupakan tempat terjadinya penguapan air pada tumbuhan? Di permukaan ini terdapat pori-pori yang biasa disebut stoma (jamak: stomata), yang berfungsi sebagai pintu keluar masuknya gas-gas. Membuka dan menutupnya pori-pori mengatur keluarnya gas oksigen (O2) dan masuknya gas karbondioksida (CO2) dalam jumlah cukup oleh tumbuhan. Meski peristiwa ini juga menyebabkan penguapan air dari dalam tumbuhan, namun tidak sampai menyebabkan tumbuhan kehilangan air dalam jumlah besar. Tidak mengherankan jika dedaunan pun tetap basah dan tidak layu, apalagi menjadi kering. Proses penguapan air dari daun ke udara secara terkendali ini menyerap panas dari bagian tubuh tumbuhan, termasuk daun. Akibatnya tumbuhan pun mengalami proses pendinginan. Inilah yang disebut sebagai perspirasi (atau ‘berkeringat’) pada tumbuhan.
Letak pori-pori yang kebanyakan berada di permukaan bawah daun adalah hal menarik lainnya yang perlu dicermati. Keberadaannya di bagian bawah permukaan daun menjadikan pengaruh berbahaya sinar matahari dapat ditekan serendah mungkin. Jika pori-pori memenuhi permukaan bagian atas daun, maka pori-pori akan diterpa sinar matahari dalam waktu yang lama. Dalam keadaan ini, pori-pori akan terus-menerus mengeluarkan air dalam jumlah besar untuk mencegah tumbuhan mati karena panas. Akibatnya, karena terlalu banyak kehilangan air, tanaman justru akan layu dan mati. Allah, yang telah menciptakan segala sesuatu secara sempurna dan lengkap, menciptakan pori-pori dengan letak yang tepat dan rancangan yang khas bagi tanaman sehingga mencegahnya dari bahaya akibat kehilangan air.
Tapi ada satu pertanyaan lagi, meskipun pori-pori mengatur penguapan air secara terkendali dalam jumlah terbatas, lama-kelamaan air yang dikandung tumbuhan mestinya akan habis juga, tapi mengapa ini tidak terjadi? Mengapa tumbuhan, khususnya dedaunan, tetap mengandung air meskipun kehilangan air secara terus-menerus akibat penguapan pada daun? Ini berarti ada perangkat dan proses lain pada tumbuhan yang berfungsi menyediakan air sebagai ganti air yang hilang tersebut, selain air yang untuk digunakan dalam proses biokimiawi di dalam tumbuhan itu sendiri. Begitulah, hal ini pun telah diperhitungkan. Air dari dalam tanah diserap akar dan dialirkan oleh pembuluh kayu ke seluruh bagian tumbuhan, termasuk daun yang berada di bagian paling ujung atau pucuk ranting tanaman. Pepohonan di hutan seluas seribu meter persegi mampu melepaskan 7,5 ton air dalam bentuk uap air ke udara. Layaknya pompa air raksasa, pohon menyerap air dari dalam tanah, mengalirkan melalui akar, batang dan daunnya, lalu mengirimkannya ke atmosfer dalam bentuk uapan. Hal ini penting pula untuk menjaga keseimbangan kadar air di atmosfer.
Terdapat perincian sangat cermat hingga seluk-beluknya yang terkecil dalam struktur pori-pori ini, yang telah dirancang dengan mempertimbangkan semua dampak perubahan lingkungan luar. Kita semua tahu bahwa kondisi lingkungan luar berubah terus-menerus dalam hal kelembaban, suhu dan kualitas udara, dan sebagainya Tetapi pori-pori daun dapat melakukan penyesuaian terhadap semua pengaruh ini.
Sistem dalam tumbuh-tumbuhan ini, seperti juga berbagai sistem lainnya, dapat berfungsi hanya jika semua bagiannya ada sekaligus secara bersamaan. Karenanya, jelaslah tidak mungkin pori-pori tanaman muncul melalui peristiwa yang tak disengaja secara evolusi (atau berangsur-angsur, bagian demi bagian). Allah menciptakan pori-pori dengan strukturnya tersendiri, dan merancangnya secara khusus agar dapat menjalankan fungsinya bagi tumbuhan, maupun bagi keseimbangan kadar air di atmosfer.
Insigt-Magazine edisi 6
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !